Sunday, November 25, 2012

Departure Time (II)


Akhirnya tibalah saat keberangkatan. Tempat keberangkatan jam setengah 3 sore dari Bandara Adisucipto, Yogyakarta. Tempat transit Jakarta, Singapura, dan Istanbul. Dan terharu ternyata banyak yang mengantar kepergian, huhu. Tapi seneng juga,ahahahah. Thanks buat anak-anak AIESEC ,anak-anak kampus, sama  KKN Parangijo. Wuoo. Dan sedih, seneng, kaget, campur aduklah. But, soo happy. Cz Finally I could say this, “I could make my dream comes true”.  Aseekk, Please welcome me Europe. I will spend 5 months with you.
My Family (g lengkap sih)

Nah ini dia AIESEC Family-sori Nia sama Risa belum dateng 

Adisucipto Airport, Jogjakarta

Soekarno Hatta Airport, Jakarta

Changi Airport, Singapore

Attaturk International Airport, Istanbul, Turkey

Joze Pucnik Aerodrome, Ljubljana, Slovenia (kecil banget)

Departure Time (I)


Hingga keberangkatan pun masih ada banyak rintangan yang harus dihadapi. Yah seperti kata Chitato, “Coz Life is never flat”. H-7 sebelum departure, saya belum mendapat TRP (Temporary Residence Permit). Jadi, TRP itu bentuknya kaya KTP sebagai bukti kalo kita memang bisa tinggal di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Fungsi kaya Visa sih, tapi g tau juga kenapa milih bikin TRP, dan alhasil membuat galau. Kegalauan ini dikarenakan ternyata host university salah persepsi. Mereka berpikir bahwa saya membuat Visa sehingga mereka berpikir durasi untuk asuransi sudah benar. (Jadi kalau membuat TRP itu, ada banyak dokumen yang harus dibuktikan dan salah satunya adalah asuransi selama kita di sana. Nah berhubung mau bikin TRP, seharusnya durasi asuransi adalah satu bulan sebelum keberangkatan. Kata petugas di Slovenia sih mereka baru mau memproses TRP pada saat tanggal yang sama yang tertera di asuransi, misal 30 December. Mereka baru mau memproses tanggal 30 December. Walaupun kalian sudah memasukkan aplikasi pada awal bulan Januari. G tau deh kenapa). Alhasil, saya dan sekeluarga deg-degan setengah mati, Telepon ke kedubes India, email ke host, coordinator scholarship, dll. Huahh, capek. Soalnya kalau sampe belum datang hingga hari H, maka keberangkatan bakal diundur. G diundur aja udah kelewatan satu hari Ospek, gimana kalau diundur. Begitulah dimulailah pencarian saya, hingga suatu hari saya mendapat kabar bahwa TRP saya sudah sampe di Jakarta hari Sabtu pagi (H-1). Langsung saya telpon DHL, dan kata mereka bakal dikirim hari itu juga dan mungkin akan sampe jam 10 siang. Saya pun berangkat ke kantor DHL  dan sampe di sana katanya mundur jam 2 siang. Beberapa jam kemudian, katanya belum sape. Telpon lah ibu saya ke kantor DHL Pusat dan mereka jawam ,” waduh engga dikirim sama Kami itu bu siang ini. Kemungkinan baru datang senen siang”. Langsung lah, dimarah2 in tu petugas sama ibu saya. Gilak aja, katanya jam 10 pagi, eh mundur jam 2 siang, bla, bla. Akhirnya dengan segenap rasa dan suka duka, ternyata petugas tadi salah menafsirkan data pengiriman *nggok. Dan setelah menunggu penantian yang panjang, akhirnya TRP saya pun sampe di Solo jam set 8 malam (18 jam sebelum keberangkatn) . Huaaah. Segera setelah itu saya packing dan bla bla.

TRP (Temporary Residence Permit) yang cuma diliahat sekilas sama petugas bandara  :/

Packing (ada timbangan buat ngukur kira-kira bakal overweight kaga,soalnya cuma 20 kilos)


Tuesday, September 11, 2012

ASEAN in Today's World (AsTW) 2012

Menurut Dr Surin Pitsuwan, Secretary-General of ASEAN, ide pembentukan sebuah ASEAN Community pada tahun 2015 adalah sebuah tindakan yang menarik dan hebat. Para pemerintah di regional ASEAN akan membutuhkan kerjasama antar semua pemangku kepentingan untuk merealisasikan visi dan tujuan mereka. Salah satu tindakan nyata yang bisa dilakukan adalah program AsTW dimana program ini merupakan program internasional yang berfokus pada pembahasan isu-isu di ASEAN yang ditujukan untuk mahasiswa dari seluruh dunia. AsTW memberikan suatu cerminan bahwa institusi pendidikan juga berusaha untuk memberikan kontribusi terhadap tercapainya dan terciptanya ASEAN Community pada tahun 2015 melalui  sebuah program edukasi yang berfokus pada pengembangan dan promosi melalui kewaspadaan dan identitas ASEAN. 

ASEAN in Today’s World (AsTW) merupakan sebuah program internasional dengan durasi 2 minggu yang berfokus pada ASEAN dan Asia Timur. Program ini dirancang untuk para mahasiswa dari seluruh dunia dengan bahasa pengantar adalah Bahasa Inggris. AsTW diadakan kali pertama pada tahun 2009 dengan kerjasama antara Universitas Kyushu (Jepang) dan Universitas Mahidol (Thailand). Dan pada saat ini, kerja sama sudah bertambah yaitu Ateneo de Manila University dan Fukuoka Women’s University. Sehingga, empat universitas terkemuka di Asia bekerja sama dalam program AsTW dengan dukungan kuat yang berasal dari Sekretariat ASEAN.

  • Program AsTW

AsTW akan terdiri dari 3 bagian yaitu ASEAN Studies Course (ASC), Asian Languages dan Cultures (ALC) dan Field Trips. Tujuan dari ALC adalah membantu para siswa untuk meningkatkan keterampilan dalam berbahasa dan memperoleh pengetahuan dasar terkait dengan budaya Negara lain dalam pendekatan yang terintegrasi. Pada akhir kuliah, para siswa diharapkan akan memperoleh kemampuan dasar dalam mendengarkan, berbicara, dan memahami penggunaan bahasa asing dalam kegiatan sehari-hari. Kuliah yang ditawarkan pada ALC antara lain Basic Japanese Language and Culture, Basic Filipino Language and Culture, Basic Spanish and Filipino Culture, Basic Thai Language and Culture, dan Basic Chinese Language and Culture.
Kedua adalah Asean Studies Courses (ASC). Tujuan dari ASC adalah agar para siswa bisa memperluas pengetahuan dan memperoleh pemahaman secara lebih mendalam mengenai ASEAN dan kerja sama ASEAN+3. Setiap mata kuliah akan dibawakan oleh para professor dari Kyushu University, Ateneo de Manila University, Mahidol University, dan Fukuoka Women’s University. Seorang Pembicara dari Sekretariat ASEAN juga akan diundang untuk memberi kuliah khusus pada hari pertama kuliah. Mata kuliah yang ditawarkan oleh ASC antara lain Current Affairs of ASEAN and East Asia, ASEAN Economics, dan Cross-cultural Communication. Para siswa diwajibkan untuk mengambil 2 courses (1ALC+ 1 ASC) untuk menyelesaikan program AsTW dimana setiap mata kuliah akan mempunyai bobot 2 jam kredit.
Ketiga adalah Field Trips. Program AsTW akan mengajak para siswa untuk melakukan field trips ke banyak tempat wisata. Hal ini bertujuan agar para siswa bisa merasakan beberapa bagian dari budaya Negara Filipina. Beberapa tempat tujuan dalam program ini antara lain Villa Escudero, Tagaytay, Subic (Zambales).
  • Biaya

Biaya untuk mengikuti program ini adalah sebesar 133,000 JPY. Biaya tersebut sudah meliputi biaya untuk kuliah, field trip, dan akomodasi. Akomodasi akan berada di My Place yang beralamatkan di 22 Fabian de la Rosa St. Loyola Heights, Q.C. Akan tetapi, biaya tersebut belum meliputi biaya transportasi dari Negara asal dan biaya untuk beberapa kali makan . Sehingga, para siswa harus menyiapkan sebesar 4,800 PHP untuk makan siang sebanyak 16 kali di cafeteria Ateneo de Manila University

  • Beasiswa dari Kyushu University

Universitas Kyushu akan memberikan beasiswa pada 15 orang dari Negara ASEAN yang mempunyai prestasi akademik yang tinggi. Negara ASEAN yang dimaksud meliputi Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Vietnam, dan Thailand. Beasiswa yang diberikan akan sebesar 140,000 JPY dan baru akan diterima dalam jumlah penuh (144,000 JPY) ketika sampai di Ateneo de Manila University. Beasiswa diberikan pada pelamar yang bisa menunjukkan kontribusi pemahaman lintas budaya yang paling tinggi baik di dalam kelas ataupun luar kelas. Penilaian dan proses seleksi dilakukan oleh Kyushu University dan Ateneo de Manila University

There’s always a reason behind all of His decision


Ternyata setelah pengumuman diterimanya Lotus, saya mendapat kabar yang cukup membuat saya terkejut setengah mati. Sebuah kabar yang hampir membuat saya withdrew as a Grant Holder in Lotus Project. Yaitu ternyata tidak ada Duta Besar Slovenia di Indonesia. What???? Dan menurut siswa yang juga pernah ke sana, dia mencari visa ke New Delhi, INDIA atau kalo ga ke CINA. Bisa bayangin gat tuh, gimana syoknya saat itu. Kebayang dah tiket pesawat yang super mahal, biaya hidup selama mencari visa, dll. Konsultasilah saya sama orang tua saya. Dan ternyata sama, mereka juga syok =.=  .
Mulai saat itu saya mencari berbagai kemungkinan agar tidak perlu pergi ke luar negeri HANYA UNTUK MEMBUAT VISA. Hiks. Saya pun mulai dikenalkan dengan seseorang dari UNS, tempat Ayah saya bekerja sebagai dosen. Awalnya ada harapan untuk mungkin menbuat visa di Indonesia, tetapi ternyata takdir berkata lain. Beliau mengatakan bahwa tidak ada kedutaan besar di Indonesia yang bisa membuat visa semacam itu, yaitu untuk pelajar. Saya pun lanjut meminta bantuan teman saya dari Malaysia-one of my best buddy in AsTW untuk mengecek mungkin ga untuk membuat visa di Malaysia. Dan ternyata tidak bisa. Saya juga mencoba bertanya di Konsulat Singapura dan ternyata tidak bisa. Setelah saya berdiskusi dengan orang tua, akhirnya diputuskan untuk membuat visa di India. Dengan alasan biaya yang lebih murah daripada Cina dan adanya kenalan yang bisa cukup membantu (Thanks to Pak Son, Education Attache at Indonesian Embassy in India). FYI : ternyata Lotus di sini sangat membantu. Mereka bersedia untuk membiayai tiket pesawat saya ke India. Jadi agak berkurang lah beban Kami di sini,hehe. Di sini (India) saya juga bertemu dengan banyak pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Indonesia, seperti Mas Gonda-yang ternyata alumni UGM dimana dulu dia meraih predikat lulusan tercepat dengan IPK memuaskan dan juga Kamal Khan-siswa Sumatera yang menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama India. Akhirnya setelah saya pulang dari India saya baru sadar bahwa God made me to do this for some reasons, one of them was He wanted me to see another part of this world-India and Singapore. Yeah, I flew to India via Singapore. So, I had a chance to see how amazing Singapore was. And of course, I could meet some amazing guys in India who inspired me to achieve more dreams in the future. Thanks God J

Coz Life is about a Dream (Part II)


·      Second trial
Saya pun masih mempunyai impian untuk bisa ke luar negeri hingga kuliah (tetep lah). Beberapa lowongan coba saya masukin and no result. Hiks. Hingga saya berpikir untuk mencoba beasiswa local aja dulu, itung-itung buat stepping stone. Jiahh,,g lolos juga. Astra 1st udah lolos hingga tahap wawancara, eh kaga keterima. Agak down juga pada saat itu. Dan iseng-iseng setelah membaca pengumuman tadi, saya buka portal akademik kampus. Di sana ada penawaran beasiswa dari Kyushu University untuk ke Filipin-semacam short course (baca Asean in Today’s World-AsTW). Hem, boleh juga nih. Mana semua persyaratan udah punya-kayaknya (nah ini saran saya untuk selalu siap-siap jauh hari jika ingin apply beasiswa. Siapin aja syarat2 yang umum kaya TOEFL, incaran dosen yang bisa dimintai rekomendasi, dll). Antara bimbang dan tidak, bismillah, saya cobalah penawaran tadi. Dan saya pun memasukkannya udah mepet2 deadline. Wuihh, udah deg2 an sampe ubun-ubun dah takut enggak diterima sama universitas (Kalo di UGM sebagian besar beasiswa harus dikumpulkan di rektorat bagian Kantor Urusan Internasional dulu). Nah di tengah2 menunggu pengumuman tadi, ada penawaran untuk kuliah di Eropa. Wuidih Eropa. Tapi, galau di sini. Teringat lagi akan kegagalan NTU,dan lainnya. Akhirnya niat pun saya urungkan. Saya pun berkata pada diri saya, “ Jika saya lolos AsTW saya akan mencoba untuk mendaftar Erasmus Mundus”. (Walaupun kenyataannya saya juga mulai mengumpulkan syarat-syarat yang diminta oleh pihak Erasmus Mundus,hehhe – maklum namanya juga impian yang ingin didapat).Karena niat yang amat besar dan mulai sadar bahwa waktu saya tidak banyak lagi (mengingat bahwa saya sudah masuk tahun ke-3, jadi Cuma ada kesempatan setaun untuk mendaftar beasiswa-beasiswa), maka saya mulai putuskan untuk menulis impian besar saya di time table kamar kos saya. Saat itu, saya tuliskan,”EXCHANGE’’ di tempat yang paling atas dan saya bikin besar tulisannya. Dengan begitu, saya akan selalu teringat kapan pun dan juga sebagai pengingat sejauh mana jalan saya menuju ke sana.  
Sebulan pun berlalu, deadline Erasmus tinggal 20-an hari, tetapi saya belum berani untuk mendaftar hanya melengkapi syarat-syarat saja (Masuk ke sistem pendaftaran pun belum =.=). Hingga pada saatnya, di tengah-tengah mengerjakan tugas kuliah di kosan, saya iseng-iseng membuka email saya. Dan di sana nampak ada 2 email dari Asean in Today’s World. Nah lo, ternyata udah pengumuman. Dag..dig.dug dah. Saya pun membuka email yang pertama dan ternyata… ……..Saya LOLOS untuk mengikuti program AsTW di Filipina. Di situ juga disebutkan bahwa siswa yang lolos untuk mendapat beasiswa akan mendapat email lebih lanjut dalam beberapa menit. Saya pun berpikir,” Jangan-jangan saya lolos beasiswa juga”. (Hal ini dikarenakan ada 2 email dari pihak AsTW). Saya pun membuka email yang satunya dan ternyata email ucapan selamat karena lolos sebagai penerima “Young ASEAN Scholarship”. Waaaaaa..langsung saya teriak di kamar kos saya. Wuii, senangnya bukan main. Akhirnya, setelah penantian selama bertahun-tahun saya bisa pergi ke luar negeri dan merasakan kuliah di luar Indonesia. Alhamdulilah ya. Langsung lah saya beritahukan kabar ini pada keluarga saya. Dan tentu saja, mereka juga turut senang ,hehe. PS: Thanks to Mbak Fisa (AsTW alumni previous year) who gave me a lot of comments and advices about this great program. She successfully made me joined in this program. Thanks mbak J

·      Third Trial
Menanggapi lolosnya saya di program AsTW, saya pun akhirnya berani untuk mendaftar Erasmus Mundus-Lotus II. Dan pada saat mendaftar ini juga keburu-buru (karena baru ada keberanian setelah lolos AsTW). Deadline sudah hampir habis. Sehingga, saya pun membuat motivation letter juga sedapatnya. Dan,, Ternyata…….alhamdulilah seminggu sebelum deadline habis, ternyata pihak Lotus mengundur deadline sebulan lagi. Ternyata Allah itu memang baik ya ,hehe. Jadilah, saya rubah dan perbaiki motivation letter (Thanks to Cisya Cinantya who agreed to check my motivation letter and gave a lot of advices to me,hehe). Dan akhirnya akhir Januari 2012 saya resmi melakukan pendaftaran dan mengupload semua dokumen, Huft.
Akhirnya tibalah hari pengumuman, akhir Maret kalau tidak salah. Saya pada saat itu sedang mempersiapkan materi untuk makrab di salah satu organisasi kampus. Tiba-tiba teman saya @Bertha menelepon saya dan bilang kalau pengumuman Lotus sudah diputuskan. Dia juga memberitahu kalau dia keterima di Groningen, Belanda. Wuihh, busett dahh. Ngecek lah saya. Tapi, ketika mau membuka email lewat hape, pulsa saya habis. Langsung lah saya ke warnet terdekat untuk melihat hasil pengumuman. Dan dalam kepala ini sudah campur aduk. Tangan sudah dingin dan kaku. Pikiran pun linglung. Saya pun tiba di warnet. Saya duduk di bilik yang agak pojok. Lalu, saya buka email saya sambil mencoba mengontrol tangan saya (karena tangan saya bergemetar pada saat itu) untuk mengarahkan mouse dan klik tombol masuk. Terbukalah email saya. Busettt,,beneran ada noh email dari Lotus. Langsung saya klik dan terbuka lah email tadi dan berisi :

“Dear Sahasika Prabaswara,
Thank you very much for your application for a scholarship within the Erasmus Mundus Action 2 (EMA2) Lotus project. You were one of the 503 applicants. As the coordinating institution, Ghent University is delighted with the interest so many students, researchers and staff members have shown by taking part in this exceptional mobility opportunity for Asia Regional.
The consortium defined specific criteria for the assessment of the applications, in order to assure an objective selection procedure based on academic merit, language requirements, motivation and compatibility between requested and offered programs, and to guarantee equal opportunities for all applicants. The decision to grant a scholarship is based on the evaluation and ranking by the host universities concerned.

It is with great pleasure that we can inform you that you have been granted a scholarship for a(n) exchange BA - 6 months mobility period at University of Ljubljana.”

Diamlah saya. Saya pun membaca lagi email tadi hingga saya pun sadar bahwa saya lolos beasiswa Erasmus Mundus. Yippieee,,,alhamdulilahhhhh. Bukan main dah perasaan saya pada saat itu. Senang,,gembiraa hingga pingin nangis dah pokoknya. Hati serasa terbang ke angkasa dan kaya habis nge-drugs gitu,. Serasa nge-fly. Saya pun langsung menelpon orang tua saya, dan memberitahukan bahwa saya dapat beasiswa ke Eropa. Orang tua saya juga nampaknya senang sekali bahkan beberapa jam kemudian saya ditelpon balik oleh mereka hanya untuk mengatakan bahwa mereka sudah membuka ATLAS untuk mengetahui dimana letak Negara Slovenia. Dan mereka mengatakan, “Ternyata jauh banget loo. Hampir di balik Indonesia deh kalo dari globe”. hahaah. Dan menurut saya, itulah the happiest moment in my life. Thanks God for giving me another chance to see the world that You already created for us. Thanks for everyone for ur supports so far :D
Dan itulah sedikit cerita mengenai bagaimana perjuangan saya dalam mewujudkan mimpi saya. Dari beberapa kali ditolak hingga diremehkan beberapa orang lain karena mempunyai impian seperti itu. Bahkan saya juga sempat membuat nazar karena saking depresinya saya pada saat itu. Akan tetapi, God always knows what the best is for us. He gives us what we need instead of what we want in a perfectly time. Just believe it that someday we would make it happened. No matter how the way is.
I have a big dream to go abroad and it seemed so impossible for me. But, here I am. I had a chance to go to the Philippines to join in a program called ASEAN in Today’s World where I could meet a lot of great inspiring youths from all over the world. Now, I have another chance to visit a continent called “Blue Continent”-Europe. And I’m Ready to start my extraordinary journey as a student exchange in Slovenia, a small country in Eastern Europe. All I can say is “Coz Life is about a Dream” :).

Sunday, September 2, 2012

Coz Life is about a Dream (Part I)



Life is about a dream. Itulah yang bisa saya petik dari pengalaman selama 20 tahun hidup di dunia ini. Kita bukanlah siapa-siapa tanpa adanya mimpi yang senantiasa Kita pertahankan. Mimpilah yang bisa membuat Kita maju dan terus maju. No matter how crazy your dream is, just keep it in your mind and make it happened.
Itulah sedikit kata-kata pembuka dari saya,hehe. Karena memang itulah yang saya rasakan selama ini. Sebuah mimpi yaitu untuk bisa menghirup udara di luar negeri. Just a piece of cake for some people, but it’s really difficult for me to achieve it. Jujur, pergi ke luar negeri adalah impian saya sejak saya masih kanak-kanak. Ketika melihat sebuah program (saya lupa program apa itu,ehehe), saya ingin pergi ke sana, ke negeri yang seperti negeri impian (saya pun lupa Negara mana itu, maklum masih kecil). Sejak itulah dimana ketika anak-anak ditanya ingin apa ketika besar nanti, saya pun menjawab,” Kuliah di Luar negeri” (pada saat itu saya berpikir bahwa cara yang mungkin untuk ke luar negeri adalah belajar atau sekolah,hehe). Cukup kompleks hidup saya, tetapi itulah saya.

·      First Trial
Hingga SMA pun mimpi saya masih sama, yaitu ‘Kuliah di Luar Negeri’. Hingga tiba suatu ketika, waktu kelas 1 SMA, wali kelas saya bercerita tentang anaknya. Dimana anak beliau mendapat beasiswa untuk melanjutkan S1 di Nanyang Technological University, Singapore. Akan tetapi, pada saat itu saya terkesan meremahkan. Lah Cuma di Singapore, mana kerasa kalo lagi di Luar Negeri—itu pikiran saya pas saat itu. Kalo mau ke Luar Negeri harus lah yang ke negeri Kulit Putih , seperti Amerika, Australia,etc (terlalu idealis nampaknya). Saya pun masih mencari-cari kemungkinan adanya beasiswa S1 di luar negeri. Satu tahun pun berlalu. Akan tetapi, nampaknya belum ada beasiswa yang sesuai untuk pergi ke luar negeri. Dan disinilah saya sadar bahwa sebentar lagi saya mau lulus SMA (walau masih 2 tahun lagi,hehe) dan saya belum ada bayangan mau kuliah di Negara mana nanti (wuiss). Terlebih lagi tidak ada beasiswa yang cocok. Pada saat itulah saya melihat di papan pengumuman kelas dimana akan ada presentasi dari kakak-kakak kelas yang akan belajar di Nanyang Technological University. Pada saat itulah saya berpikir dan langsung merubah mindset saya ‘Pokoknya saya harus kuliah di luar negeri’. Saya pun mulai berpikir bahwa yang namanya luar negeri itu tidak harus Negara kulit putih, luar Indonesia pun dinamakan luar negeri toh? Saya pun mencari info lebih lanjut dan trips trick gimana bisa lolos seleksi masuk ke sana. Mulailah pencarian saya ke guru-guru, ibu guru BK, dll. Di sanalah saya tahu sulit juga buat bisa masuk ke sana. Huft. But, there’s nothing to lose. Yup :D.
Saya pun memutuskan akan melamar untuk program Business Studies (padahal saya anak IPA). Hal ini dikarenakan saran dari beberapa guru yang telah mengenal saya dan juga melihat nilai raport yang malah bagus di pelajaran IPS (Dasar IPA Gadungan, hgaha). Saya pun mulai mengumpulkan soal-soal dan materi untuk ujian masuk NTU. Terlebih lagi saya harus meningkatkan English skill saya since I’m gonna apply to Business Studies which required us to have sufficient knowledge in English. Damn. Saya pun persiapan dan belajar terutama pada 2 pelajaran yang akan diujikan nanti.
Pas baru menunggu pembukaan pendaftaraan di NTU, eh ada penawaran kuliah di Malaysia nih. Saya pun memutuskan untuk mendaftar. Lumayan buat pemanasan sebelum mendaftar NTU. Di program ini, ada beberapa tahap dan saya pun berharap bisa lolos tahap terakhir. Saya pun mendaftar. Wuih, lolos tahap 1 dan lanjut untuk tes Bahasa Inggris. Dan ternyata… Saya tidak lolos. Kaget saya,,loh kok langsung gugur? Busett dah, yang kaya gini aja Cuma lolos tahap 1 gimana NTU ntar. Drop lah mental saya. Saya pun jadi ragu-ragu mau mendaftar NTU atau tidak. Beberapa bulan pun berlalu.
Akhirnya, pembukaan NTU dibuka. Saya masih bimbang antar mendaftar atau tidak, terutama masih terbayang kegagalan saya di Malaysia. Huft. Akan tetapi, atas dorongan teman-teman saya pun mendaftar. Dan ,, yep, it’s true. My application was sent to NTU. Just need to wait the announcement.
Pada akhirnya pengumuman pun datang. Pengumuman dikirim melalui e-mail pada malam hari dan karena sudah malam dan tidak ada internet, saya baru bisa melihat besok pagi. Niatnya sih mau lihat dari computer sekolah. Akan tetapi, kegundahan hati ini tidak terbendung (ceile..hhaha) sehingga saya pun berangkat jam set 6 pagi itu untuk pergi ke warnet dulu. Dag..dig..dug..Sambil membuka email saya, tangan saya bergetar. E-mail pun terbuka dan saya melihat ada e-mail dari Recruitment NTU, diarr,,,,,,,Makin deg-deg an lah hati saya. Saya pun membuka email dan… Tertulis bahwa saya tidak berhasil lolos seleksi dokumen. Langsung serasa terjun dari lantai 30, trus dilindas truk tronton, dan diceburkan di Samudera Pasifik. Benar-benar sedown-downnya orang. Serasa usaha saya sia-sia-----Mempelajari materi Matematika buat anak kuliah sampai tidak libur dan menghabiskan liburan di sekolah demi mendapat pelajaran tambahan dari kakak-kakak NTU. My life was officially stopped that time. Trus saya ingat katanya dulu ada anak yang lolos tahap dokumen dengan bantuan rekomendasi. Tanya lah saya sama kakak NTU tadi dan katanya saya lah yang harus membuat surat rekomendasi bagi diri saya sendiri. Langsung dah, saya mulai membuat surat itu pagi dan malam. Kemudian, saya submitted. Beberapa hari kemudian, teman saya yang juga dulu gagal tahap dokumen mendapat kabar bahwa dia lolos seleksi dokumen (melalui jalur surat rekomendasi tadi). Loh, kok saya belum dapat kabar? Langsung lah saya mengirim email lagi. Lagi. Dan lagi. Bahkan saya juga menambahkan bahwa saya tidak akan berhenti mengirim e-mail sampai ada balasan. Dan kayaknya pihak sana juga terusik sama email saya, hingga mereka mengirimkan email balasan yang menyatakan bahwa saya tidak lolos seleksi dokumen dan dimohon untuk berhenti mengirim email lagi. Duarrrr……pupus sudah harapan saya kuliah di luar negeri. Dan hidup saya berhenti saat itu juga,, Saya kecewa,,sedih,, marah,,tak tahulah. Saat itu juga saya berkata pada hati bahwa saya akan ‘balas dendam’ pada NTU dengan menunjukkan bahwa walau NTU tidak menerima saya, saya bisa diterima di tempat yang lebih baik dari NTU.
All in all, NTU memang bukan takdir saya. However, God has been really good to me, really. He had a plan, big plan for me. I got accepted at Bakrie School of Management (Full Scholarship), President University (Partial Scholarship), and finally Universitas Gadjah Mada (self- financing, hehe. But, it’s the place where I pursue on my bachelor degree right now :D).

"Dare to dream high. Never afraid of getting failed coz a failure is a gate to be success"